“Dari awal itulah, kami mengusulkan lebaran Kp. Stangkle kepada tokoh masyarakat, Karang Taruna agar dilakukan Lebaran seperti ini,” ujar Minan.
Kegiatan ini juga sebagai langkah melestarikan budaya dan menciptakan keakraban warga di Kemiri muka satu sama lain.
“Ya kita harap kegiatan ini setiap tahunnya bisa dilaksanakan kembali agar Kebudayaan bisa di lestarikan yang sudah ada sejak dulu tetap ada,” katanya.
Makanan ala Betawi yang dibawa dalam rantang tersebut bermacam-macam. Biasanya terdiri dari dodol, tape uli, rengginang, hingga rangkambang yang masing-masing punya simbol tersendiri.
Dulu tidak pakai rantang Dahulu, orang-orang Betawi tidak menggunakan rantang seperti yang dikenal sekarang. Mereka menggunakan wadah yang terbuat dari bambu seperti bongsang, tampah, tenong, atau besek. “Tenong juga untuk dodol, rangkambang, tape uli, pokoknya makanan dan kue-kue yang basah gitu lah. Kalau besek itu biasanya untuk nasi dan lauk pauk. Bongsang itu untuk buah-buahan,” terang Minan.
Minan menyatakan, Rantang bertingkat seperti yang kita kenal sekarang ini. “Rantang ini juga sama di bagian atas nasi, bawah sayuran, bagian tengah lauk pauk. Kadang di rantang kita bawa kue juga,” sambung