Penderita Hepatitis A SMPN 20 Terus Bertambah

PANMAS, depokupdate.com |Ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 20 Kota Depok serentak tidak masuk sekolah pasca terjangkit Hepatitis A yang menyerang hampir 100 siswa di sekolah tersebut.

Mereka memilih tidak masuk sekolah dengan dua alasan. Pertama karena telah terserang hepatitis A, Kedua adalah mereka yang mengantisipasi tertular penyakit. Hal itu seperti dikatakan Kepala SMPN 20, Komar Suparman.

Menurut buku absensi yang dijelaskan. Komar, setiap kelas ada sekitar 12 yang absen, sedangkan jumlah kelas keseluruhan ada 22. Itu artinya, lebih dari 200 siswa yang tidak masuk pada Rabu (20/11) ini.

“Kami tidak mengistirahatkan siswa yang dianggap sehat karena kami tidak punya kewenangan,” kata Komar kepada wartawan, Rabu (20/11/2019).

Komar menuturkan, pertama diketahui sejumlah siswa mengalami sakit saat upacara pada senin yang lalu. Saat itu lebih dari 50 orang mendadak pusijg disertai mual, sehingga langsung dibawa tim Palang Merah Remaja (PMR) SMPN 20.

“Kalau yang sakit 1-5 orang kan biasa saat upacara, ini lebih dari 50. Disitu kami lihat ada yang janggal,” tutur Komar.

Saat itu aku Komar, pihak sekolah tidak mengetahui mereka sakit. Yang nereka lihat hanya mata mereka kebanyakan kekuning-kuningan. “Kuningnya beda dengan yang kurang tidur,” ujar Komar.

Dia juga beranggapan seluruh pelajar yang sakit saat upacara hanya disebabkan tidak sarapan sebelum berangkat sekolah, sehingga saat upacara mengalami hal demikian.

“Mereka yang sakit kemudian diberikan pertolongan pertama oleh PMR dengan diberikan makanan kecil, sebagian ada yang langsung dijemput orang tuanya,” tutur Komar.

Khawatir akan apa yang menimpa, Komar mengintesifkan pengawasan kepada sejumlah siswa yang mengalami sakit saat upacara. Hasilnya, pada selasa malam ada orang tua melapor ke pembina siswa bahwa sebagian menderita hepatitis A.

“Rabu kami dapat kabar positif dari orang tua murid sudah banyak yang terkena hepatitis A,” sambung Komar.

Akhirnya lanjut dia, pihak sekolah berinisiatif melaporkan kejadian tersebut kepada puskesmas terdekat. Keesokan harinya tim puskesmas datang, namun tidak melakukan apa-apa.

“Kamis kami mengumpulkan data siswa yang tidak masuk untuk didata pihak puskesmas. Sabtu-Minggu komunikasi terputus sebelum akhirnya pada Senin (18/11) kami kaget karena jumlah siswa yang dirawat naik secara signifikan menjadi 35 anak,” ujarnya.

Naiknya jumlah anak yang sakit langsung direspon dengan melapor kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, saat itu juga Dinkes langsung melakukan kunjungan dan mengambil sample darah.

Selain itu, Dinkes Kota Depok juga mengambil sample air dan makanan dari warung yang ada di sekitar.

“Hasil diagnosa sementara, melihat dari sisi fisik memang mengarah kepada Hepatitis A,” tuturnya.

Komar juga menuturkan ada beberapa gejala awal yang dialami penderita hepatitis A, yaitu meriang, ulu hati yang sakit sampai air seni yang kuning dan lengket. Sedangkan sepengetahuan Komar, hepatitis A dapat menulai melalui berbagi makan dan minum dengan wadah yang sama.

Terpisah, Dinas Kesehatan Kota Depok mengatakan apa yang dialami oleh sejumlah siswa SMPN 20 merupakan sebuah Kejadian Luar Biasa (KLB). Namun kata dia, hanya KLB Parsial atau hanya sebatas lingkungan sekolah.

Novarita menyanggah jika yang terjangkit hepatitis A mencapai 100 siswa. “Yang tidak masuk kan belum tentu positif Hepatitis A kan, bisa jadi ada alasan lainnya,” kata Nova.

Hal itu kata dia, mengingat Dinkes Kota Depok hanya mengambil sebanyak 70 sample darah siswa yang didiagnosa menderita hepatitis A dan dilihat dari ciri-cirinya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Depok, Hardiono menuturkan dirinya telah memantau langsung SMPN 20 pada Selasa (19/11) kemarin.

Namun dirinya belum negetahui secara pasti apakah yang dialami sejumlah pelajar tersebut adalah hepatitis A, karena masih menunggu hasil laboratorium atau sample darahnya keluar.

Meski Kota Depok sempat beberapa kali mengalami hal serupa, namun Hardiono belum bisa menyimpulkan apakah itu termasuk KLB atau bukan.

“Kalau KLB, itu bisa dievaluasi oleh dinas terkait, kemudian dibuat tulisan atau analisa. Nanti analisa tersebut diserahkan ke Wali Kota Depok, nanti beliau yang memberikan Surat Keputusan (SK),” ujar Hardiono.

Pantauan Harian Sederhana di lokasi, tampak sejumlah kantin berada dibelakang ruang kepala sekolah dan ruang guru, semua tampak berjejer.

Terlihat beberapa kios-kios kecil berukuran 1 x 1,5 meter berbaris menjajakkan makanan khas anak sekolah seperti es, pop mie, sosis matang dengan cara dipanggang dan beberapa lainnya.

Didepannya terdapat selokan air keruh yang tidak ditutup, diperkirakan berasal dari saluran air kamar mandi sekolah, mengalir melingkari gedung menuju arah timur.

Di timur terdapat beberapa tempa seperti septic tank, dengan tutup beton.

Disekitar halaman sekola tampak berjejer beberapa pohon kecil yang digunakan untuk memberikan oksigen saat siang hari.

Meski tampak gersang, namun SMPN 20 masih dilihat cukup bersih dari sampah. Hanya dahan pohon kecil yang jatuh dan belum sempat tersapu. (Dim)

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Silakan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: depokupred.com@gmail.com

Tinggalkan Balasan