Penampilan Calon D2 Afifah, Terendah di Pilkada Depok 2020

Oleh MABAR

PADA Pilkada 2015, jumlah Golput 46%. Salah satu sebab mereka tidak datang ke TPS adalah pergeseran perilaku pemilih yang tidak hanya menentukan pilihannya berdasarkan identifikasi kepartaian. Mereka mulai menggunakan isu dan kinerja kandidat, sebagai referensi pilihannya.

Partai Gerindra dan PDIP, usung Pradi Afifah sebagai calon walikota dan wakil walikota Depok yang didukung Golkar, PKB, PAN PSI dan Partai KPNP (33 kursi). Dan PKS usung Idris Imam didukung oleh PPP dan Demokrat (17 kursi).

Walaupun dukungan Pradi-Afifah
sangat kuat dan tunjukan kemenangan suara di Pileg 2019 di Ke 6 Dapil Depok, mereka tidak boleh lengah karena performance calon menentukan suara ngambang atau swing voter dari Golput yg diperkirakan 30 sd 40%.

Idris dan Pradi semula Walikota dan Wakil Walikota adalah pejabat incumbent. Mereka berdua akan berhadapan sebagai calon Walikota. Para pemilih ngambang akan banyak menyoroti kegagalan dalam pemerintahan mereka sebelumnya, termasuk nepotism di birokrasi dan kegagalan penanganan Covid 19 serta urusan pemerintahan lainnya.

Dari sisi pembagian wewenang dan tugas, pemilih sudah mengetahui kegagalan itu tanggung jawab Walikota, karena Pradi sebagai Wakil Walikota hanya bantu dan beri saran (UU mo.23/2014).

Yang menarik adalah para calon Wakil Walikota. Imam Budi Hartono pasangan Idris yang diusung PKS, dan Afifah Alia calon Wakil Walikota yang diusung PDIP, dipasangkan Pradi.

Imam lebih dikenal sebagai mantan anggota DPRD kota Depok yang sekarang jadi Anggota DPRD Prop Jawa Barat dari PKS. Prestasi kerja Imam di Dewan akan membantu menambah suara pencalonan Idris-Imam.

Afifah adalah pengusaha dan dari hasil survey kurang dikenal warga. Afifah berada diurutan terendah dari ke empat calon. Alasan mereka umumnya, belum kenal, kurang luwes dan menyapa.

Dua bulan tetakhir jelang pilkada 9 Desember 2020, meningkatkan performance calon perlu dilakukan oleh Partai pengusung.

Penguasaan visi dan misi oleh Calon bagian penting untuk sosialisasi dan debat nantinya. Calon harus didrive kemampuan human relation dan public speaking yang memadai.

Pasangan Pradi-Afifah sebenarnya diuntungkan, karena koalisi partai pendukungnya menang suara secara signifikan di Pileg 2019. Dan kalau mesin organisasi berjalan, suara itu akan konsisten. Hal ini terbukti dari suara partai koalisi utamanya Gerindra, PDIP, Golkar, dan PKB tunjukan suara militansinya di Pemilu sejak 2004 sd 2019 atau Pilkada 2005 sd 2015.

Tetapi calon jangan mengecewakan pemilih dan partai pendukungnya karena performance mereka yang dinilai masih kurang.

Jangan sampai pemilih terpaksa golput karena tidak ada pemimpin yang berkualitas. ***

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Silakan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: depokupred.com@gmail.com