“Melihat data tersebut, menjadi peringatan besar bagi seluruh pengguna internet di tanah air baik individu, organisasi, instansi maupun perusahaan bahwa Indonesia sedang dilanda gelombang serangan siber,” ucapnya.
Ia pun menyampaikan isu keamanan lainnya yaitu manipulasi gambar (image). Suatu gambar yang dimiliki oleh pelaku selanjutnya dilakukan manipulasi dan diupload ke media sosial dengan tujuan tertentu, seperti menfitnah, kampanye negatif, dan sejenisnya yang lebih dikenal dengan istilah deep fake.
Oleh karena itu, agar tidak terulang kembali, Prof. Suryadi menuturkan, perlu dilakukan upaya dengan menerapkan sistem pendeteksi penyusup yang bersifat dinamis dan pengamanan data dengan menerapkan sistem kriptografi dan steganografi.
“Pengembangan teknik kriptografi yang kami lakukan dengan berbasis fungsi chaos. Teknik ini berpotensi memberikan tingkat perlindungan yang lebih baik terhadap data digital, terutama dalam menghadapi ancaman global yang semakin kompleks,” jelasnya.
Upaya perlindungan data dan informasi yang dilakukan ini juga mendukung penerapan Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2023 tentang strategi keamanan siber nasional (SKSN) dan manajemen krisis siber yang menekankan pentingnya penguatan sistem keamanan siber nasional.
Selain itu, upaya penguatan kriptografi ini juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 9, yaitu berfokus pada pengembangan industri, inovasi, dan infrastruktur, serta SDGs nomor 11 yang bertujuan untuk menciptakan kota yang inklusif, aman, tahan bencana serta berkelanjutan.
Dirinyapun mengatakan, advokasi matematika yang dilakukan melalui penerapan algoritma kriptografi yang inovatif dapat tercipta sistem perlindungan data yang lebih efektif. Selain itu, dapat berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih aman, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi di tingkat global.


