Dirinya mengingatkan orang tua agar tidak hanya memberikan kebutuhan materi, tetapi juga perhatian dan kepedulian terhadap aktivitas anak-anak mereka.
“Dulu, kalau saya pulang malam, pasti sudah ditunggu ibu dengan pelepah pisang. Sekarang, pola pendekatan mungkin berbeda, tapi intinya tetap sama, orang tua harus peduli dan memperhatikan anak-anak mereka,” pungkasnya.
Ia mengajak RT, RW, lurah, camat, dan seluruh elemen masyarakat untuk turut serta dalam pengawasan sosial terhadap anak-anak di lingkungan mereka.
“Jangan biarkan anak-anak kita larut dalam dunianya sendiri. Kalau mereka nyaman dengan lingkungan positif seperti masjid atau kegiatan keagamaan, itu bagus,”
“Tapi kalau mereka justru nyaman dalam kelompok negatif seperti geng motor atau pelaku tawuran, itu yang harus kita cegah bersama,” tegasnya.
Abdul Waras juga mengingatkan, Indonesia saat ini tengah menghadapi bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif lebih besar dari usia non-produktif.
Namun, jika tidak dikelola dengan baik, bonus ini bisa berubah menjadi bencana demografi akibat tingginya angka kenakalan remaja dan kriminalitas.
“Bonus demografi bisa menjadi keuntungan jika kita membina anak-anak kita dengan baik. Tapi kalau kita lengah, ini bisa berubah menjadi bencana,”