“Kita sebagai ASN mesti netral dalam penyelenggaraan Pilgub dan Pilkada, juga dalam setiap kegiatan pelayanan masyarakat. Meskipun secara pribadi hatinya jelas berbeda, namun dihadapan masyarakat kita harus tunjukkan tetap dalam aturan dan netral tidak memihak,” paparnya.
Wiyana mengungkapkan, sebagai birokrat sekaligus warga ingin pemimpin yang terbaik buat Kota Depok.
“Kepemimpinan 10 tahun Wali Kota Pak Idris, sudah punya standar yang tinggi. Kita bisa lihat dari pelaksanaan pemerintahannya. Kita sudah puluhan kali raih WTP, itu standar tata kelola pemerintah yang baik dari auditor negara,” utaranya.
Itu dibarengi, lanjutnya, dengan prestasi Kota Depok pada tingkat Provinsi dan Nasional, bahkan Asia.
“Tingkat Asia, Kota Depok dikenal dengan prestasinya sebagai kriteria kota smart city, Kota yang sadar teknologi juga kota yang memperhatikan ketahanan dalam keluarga,” urainya.
Standar itulah, sebut Wiyana, yang jadi tantangan bagi Wali Kota Depok yang akan datang. Harus punya visi misi yang lebih tinggi atau seimbang dengan Wali Kota Depok yang sekarang.
Tapi Wiyana yakin, dari dua kandidat yang muncul dari birokrasi, mereka tahu bagaimana memposisikan diri untuk melanjutkan program yang terdahulu.
“Ini merupakan hal baik, dalam menghadapi teknologi dan kemajuan yang akan datang. Inilah orang – orang terbaik yang mau tampil untuk mewakafkan diri demi kemajuan Kota Depok,” ulasnya.