Itu dibarengi, lanjutnya, dengan prestasi Kota Depok pada tingkat Provinsi dan Nasional, bahkan Asia.
“Tingkat Asia, Kota Depok dikenal dengan prestasinya sebagai kriteria kota smart city, Kota yang sadar teknologi juga kota yang memperhatikan ketahanan dalam keluarga,” urainya.
Standar itulah, sebut Wiyana, yang jadi tantangan bagi Wali Kota Depok yang akan datang. Harus punya visi misi yang lebih tinggi atau seimbang dengan Wali Kota Depok yang sekarang.
Tapi Wiyana yakin, dari dua kandidat yang muncul dari birokrasi, mereka tahu bagaimana memposisikan diri untuk melanjutkan program yang terdahulu.
“Ini merupakan hal baik, dalam menghadapi teknologi dan kemajuan yang akan datang. Inilah orang – orang terbaik yang mau tampil untuk mewakafkan diri demi kemajuan Kota Depok,” ulasnya.
Guna memantau netralitas jajarannya, ia meminta agar setiap Lurah wajib cermati acara apa yang akan mereka hadiri.
“Para Lurah sudah saya minta harus cermati acara apa yang akan mereka hadiri, atau mereka bisa konsultasi dengan Camat, apakah boleh hadir atau tidak. Ini salah satu yang jadi kontrol kita,” paparnya.
Mengenai tingkat partisipasi pemilih pemula dan Milenial, Wiyana mengaku tidak khawatir akan rendahnya pemilih muda.
Pasalnya, IPM Kecamatan Sukmajaya sudah mencapai 84, Itu artinya tingkat pengetahuan dan pendidikan warganya tinggi.
“Dengan begitu, para pemilih muda akan edukasi oleh lingkungan dan keluarga, agar bisa berpartisipasi memberikan suara untuk memilih pemimpin Kota Depok ke depan,” utasnya.
Sementara itu, para Lurah pun sudah menyiapkan kiat dan inovasi mereka dalam mensukseskan Pilkada serentak 2024, dengan upaya meningkatkan partisipasi pemilih untuk datang ke TPS, menggunakan hak pilih mereka.