“Mereka potong-potong video dari panggilan itu. Disisipkan suara lain. Jadi ketika mereka hubungi calon korban lain, wajah saya seolah berbicara padahal suara dan maksudnya bukan saya,” terang Aiko.
Dalam aksi lanjutan, para penipu menggunakan rekaman video call dengan wajah asli yang direkan itu untuk menghubungi kenalan korban dan berpura-pura membutuhkan bantuan, biasanya berupa transfer uang atau bantuan logistik.
Saat calon korban merasa janggal karena suara yang terdengar tidak cocok, pelaku menjawab santai, “Iya, suaramu juga beda.”
Korban menduga pelaku menggunakan rekaman video call yang saat itu berlatar belakang mobil pribadi sehingga seperti tampilan video terlihat alami dan tidak mudah dicurigai.
“Kalau kamu dicurigai, mereka akan bilang jaringan buruk atau sengaja buat putus-putus,” tambahnya.
Aiko menyarankan ketika divideo call agar meminta kepada penilpun penipu untuk mengarahkan ke lokasi lain jangan hanya wajah sehingga bideo editing tersebut tidak bisa lagi lanjut untuk aksi penipuan.
Peringatan untuk Jurnalis dan Masyarakat Umum
Modus penipuan ini dinilai berbahaya karena menyasar lapisan profesional, termasuk jurnalis, akademisi, bahkan aktivis sosial.
Ia mengimbau agar semua pihak ekstra hati-hati bila menerima video call dari nomor baru—terlebih jika disertai permintaan pribadi atau finansial.