Ada beberapa seniman kawakan juga terlibat dalam proses membimbing anak-anak yang mementaskan naskah “Post Gen Z”, seperti JokJoker, seniman musik dan pantomim; Iqbal Samudra, Ketua Simpul Interaksi Teater Selatan (Sintesa) Jakarta Selatan; serta beberapa seniman lainnya.
“Mereka rapuh, labil, sekaligus lugu. Bagaikan kain putih, mereka bisa berubah menjadi warna apa saja yang indah, tapi bisa juga menjadi kotor penuh noda,” kata Herry.
Pementasan naskah “Post Gen Z: Kami Ini Siapa…? Itu Tanya Sepanjang Usia?” ini membawa cerita tentang anak-anak masa kini yang hidup di tengah perkembangan teknologi yang pesat.
“Kami mementaskan dengan beberapa improvisasi, di antaranya menyisipkan humor dan memperbanyak penggunaan bahasa berdialek Betawi dan bahasa gaya Depok.
”Setiap hari anak-anak saya tuntut berdialog memakai dialek. Mereka harus terbiasa sebelum tampil di DKI,” tandasnya.
Satu yang paling berkesan bagi Herry adalah mainnya totalitas para anak anak.
“Iya sempat kebingungan untuk membuat properti pementasan lantasan dana yang terbatas, kami galang dana secara swadaya,” paparnya.
Anak-anak yang disebut anak zaman now ini diibaratkan sebagai kain putih. Suatu ketika, anak-anak bertemu sosok Joker yang mengubah segalanya. Kain-kain putih terancam menjadi kotor.