Dia juga mengemukakan tentang karakter pemilih. Ada pemilih yang gamang (swing voter) dan ada pemilih yang militan. Maryono menunjukan data pilpres. Sejak pilpres 2004 – 2019 dan hasil Pilkada 2005 – 2015 perolehan suara dan kursi di DPRD bagi Gerindra, PDIP, GOLKAR, PKB perubahan jumlah relative kecil , PKS 2009 turun dan 2015 naik, PPP relatIve tetap dan Demokrat cenderung turun.
Maknanya partai koalisi Gerindra suara pemilihnya konsisten dari pemilu ke pemilu. Dan tunjukan militansinya. BahKan hasil pileg DPRD Depok, koalisi Gerindra menang jumah suara di ke 6 Dapil bahkan sebagian besar Dapil menang telak.
“Konsistensi jumlah suara sepanjang Pemilu/Pilkada tentunya bukti ketangguhan koalisi Gerindra walaupun rivalnya berupaya sekuat tenaga mempengaruhi anggotanya.” kata Maryono.
Maryono menambahkan salah satu sebab mereka tidak datang ke TPS adalah pergeseran perilaku pemilih. Mereka tidak hanya menentukan pilihannya berdasarkan identifikasi kepartaian, melainkan mulai menggunakan isu dan kinerja kandidat, sebagai referensi pilihannya.
“Oleh karena itu, Swing Voter dari Golput bisa diperoleh melalui isu dan kinerja calon selama ini. Kandidat akan dinilai kinerja dan latar belakangnya. Bagi pemilih rasional yang gambang berayun (swing voters) cenderung menyukai figur-figur alternatif yang bersih tidak terkontaminasi korupsi dan nepotisme di birokrasi.” jelas Maryono